Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali kultur asing dengan mudahnya masuk ke Indonesia, termasuk dalam hal makanan. Kita bisa memperhatikan banyaknya resto kuliner asing di hampir tiap-tiap tempat. Dari mulai makanan barat, Korea, Jepang, sampai Timur Tengah sangat menjamur. Dengan anggapan bahwa makanan luar lebih ‘keren’ dibanding makanan lokal, sedikit demi sedikit kuliner Indonesia bahkan kian tergerus dan tergeser posisinya, tergantikan oleh makanan asing.
Merasakan kuliner asing resmi-resmi saja, namun kita juga tak boleh melupakan kuliner negeri sendiri. Sebab bila hal ini terus diperkenankan, makanan tradisional akan kian tenggelam. Kita bahkan telah selayaknya mencintai dan bangga akan kuliner khas Indonesia. Berikut alasannya:
Masakan Indonesia kaya akan rempah-rempah
Indonesia familiar akan rempah-rempahnya yang kaya, menjadikan rasa nolimit city dan wangi-wangian tiap-tiap kuliner kian kuat dan khas. Dalam hal rasa, hakekatnya kuliner khas Indonesia lebih kuat dibanding kuliner negara lain. Misalnya sayuran seperti sayur asem, soto, sop buntut, dan sebagainya mempunyai rasa yang khas dan segar dibanding makanan dari negara lain.
Masakan Indonesia sangat bermacam-macam
Tiap tempat di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, mempunyai kuliner khas masing-masing. Beragamnya ragam makanan ini telah semestinya membuat kita mencintai kuliner di negeri sendiri.
Masakan Indonesia banyak disukai di mancanegara
Kita perlu bangga akan kuliner Indonesia yang telah familiar di mancanegara. Makanan-makanan seperti nasi padang, soto, tempe, nasi goreng, rendang, bakso, dan masih banyak lagi yang lainnya banyak digandrungi di luar negeri. Malahan banyak chef luar negeri yang telah sangat lihai memasak makanan khas Indonesia.
Masakan Indonesia diolah dengan sistem tradisional
Sistem pengolahan kuliner Indonesia masih banyak yang menggunakan peralatan tradisional seperti tungku. Masakan yang diolah dengan peralatan tradisional lazimnya akan mempunyai kenikmatan cita rasa tersendiri. Walaupun demikian, makanan yang dimasak menggunakan peralatan masa sekarang seperti kompor gas, kompor biosolar, atau oven portable bahkan bisa jadi tak kalah nikmatnya.
Jangan sampai kuliner kita diklaim negara lain
Sudah banyak kejadian bahwa apa bahkan yang menjadi milik Indonesia seperti batik diklaim milik negara lain. Hal ini disebabkan oleh kelengahan kita sendiri dalam menjaga warisan nusantara. Oleh karena itu, kita semestinya mencintai dan mempelajari makanan khas Indonesia baik sistem memasak ataupun namanya. Jangan sampai setelah diklaim oleh negara lain, kita baru menyadari makanan khas yang kita miliki.
Supaya kuliner Indonesia tak punah
Dengan mencintai kuliner negeri sendiri, secara tak lantas kita juga ikut berkontribusi melestarikannya. Ada banyak makanan tradisional yang hampir punah. Kecil-buah hati muda masa sekarang bahkan banyak yang tak mengenal namanya. Ringan-makanan ringan asli Indonesia seperti nagasari, apem, ketan, kue mendut, lupis, lobi-lobi, dan sebagainya sepertinya mulai ditinggalkan. Kecil-buah hati sekarang lebih suka kentang goreng, burger, hotdog, kebab, pizza, dan sebagainya.
Berdasarkan sejarawan JJ Rizal dalam acara peluncuran buku “Mustika Rasa” pada 2016 lalu seperti diinfokan oleh tribunnews.com, kita tak pernah merayakan kuliner Indonesia itu apa, sehingga kita tak ketahui kuliner sendiri dan kesudahannya kalah dalam perayaan kuliner.
Jadi, jangan malu untuk menunjukkan kecintaan kita kepada kuliner dalam negeri. Ini bagian dari menjaga kebudayaan juga, loh. Sebab bila bukan kita sendiri yang melestarikannya, siapa lagi?